TAHUN 1980-an istilah selebriti relatif belum dikenal dalam bahasa Indonesia.
Kita tak akan menemukan kata selebriti di majalah, tabloid, koran, atau mendengarkan lewat radio dan TV. Istilah yang dipakai kalau itu artis atau bintang film, model, peragawati. Baru di awal 90-an istilah selebriti mulai banyak dipakai. Di Indonesia siapa atau media mana yang pertama kali mempopulerkan?
Di awal tahun ‘90-an (tepatnya 1991) saat menerjemahkan artikel seputar artis dari majalah luar negeri, reporter tabloid bintang mulai sering menemukan istilah celebrity. Istilah ini tak hanya mengacu pada bintang film, bintang TV atau peragawati. Tapi lebih luas.
Istilah celebrity dipakai di Amerika untuk menyebut sosok-sosok populer yang cantik tampan kaya raya dan sering berada di acara-acara yang dihadiri artis-artis terkenal, tapi mereka belum tentu bintang film atau artis.
Tak menemukan padanan yang pas kata celebrity, maka reporter tabloid ini pun menggunakan istilah itu seperti versi bahasa inggrisnya. Menurut kamus, celebrity artinya orang terkenal/termasyhur. Setelah makin sering menulis kata celebriti, atas kesepakatan bersama antar-reporter, istilah celebrity coba diterjemahkan menjadi selebritis.
Lalu seorang wartawan yang lebih senior mengingatkan, sebaiknya tidak pakai huruf “s” alias selebriti. Tapi karena bukan kesepakatan mengikat, kadang memakai selebritis, kadang selebriti, kadang juga masih menulis celebrity.
Tak hanya saat menulis, ketika wawancara pun kami mulai sering menyebut kata selebriti. Mungkin karena saat itu istilah selebriti belum banyak dipakai, atau belum ada kesepakatan apa definisinya, ada kejadian menarik. Ketika mendengar kabar seorang peragawati terkenal akan dinikahi pengusaha sukses, wartawan kami pun menghubungi untuk minta waktu wawancara.
“Kenapa Anda ingin wawancara saya?” kata si peragawati.
“Anda kan selebrti, boleh dong saya wawancara,” jawab wartawan tabloid ini.
Tapi betapa kagetnya si reporter karena sang peragawati tak berkenan disebut selebriti.
“Selebriti itu kan orang yang suka pesta-pesta, saya hanya peragawati dan bukan orang yang suka pesta-pesta,” katanya sedikit ketus.
Sekarang masih ada nggak ya makhluk terkenal yang keberatan disebut selebriti? Atau malah bangga?
Sering membaca majalah macam People, kami menemukan istilah selebriti untuk menyebut pesohor, bukan sekadar artis. (dok.ist.)
Tentu, pada kurun waktu awal 1990-an itu pasti tak hanya wartawan tabloid Bintang yang sering menemukan kata celebrity di majalah luar negeri. Wartawan media lain juga. Jadi rasanya agak berlebihan kalau mengklaim sebagai media yang mempopulerkan istilah selebriti di Indonesia.
Setelah banyak media cetak menggunakan kata selebriti, apalagi ditambah infotainment yang punya jangkauan sangat luas, maka kata selebriti pun populer pertengahan 1990-an, dan seperti sering terjadi, mengalami sedikit pergeseran makna.
Saat ini sepertinya kita memahami selebriti sebagai kata ganti artis atau bintang film/sinetron. Penggunaan yang benar sesuai artinya justru sering muncul dalam bentuk olok-olok.
Istilah selebriti dipakai untuk menyebut orang yang sering lalu-lalang di TV dan media cetak padahal bukan artis, dan menjadikan popularitas sebagai alat untuk mencapai tujuan. Profesinya bisa apa saja. Dari asal katanya, celebrate, berarti merayakan, lebih dekat dengan orang yang suka hura-hura, hidupnya glamour. Peragawati yang wartawan kami wawancarai dulu tak bisa disalahkan karena ia mungkin tahu kata dasar celebrity.
Banyak kata dalam bahasa Indonesia hasil serapan dalam bahasa Inggris, termasuk selebriti (dari celebrity). Tapi sebetulnya ada aturan dalam urusan menyerap kata dari bahasa Inggris ini. Kata celebrity, kalau menurut aturan yang benar, harusnya menjadi selebritas, seperti creativity menjadi kreativitas, popularity menjadi popularitas, reality menjadi realitas.
Beberapa media cetak coba mengoreksi kesalahan ini, dengan cara konsisten menggunakan kata selebritas, bukan selebriti. Tapi apa boleh buat, kata selebriti sudah telanjur populer, dipakai di mana-mana, yang benar pun tidak mendapat pengikut.
Jadi kalau tidak punya pengikut, jangan buru-buru merasa tidak benar ya. Ada juga yang coba memaki istilah pesohor, tapi lagi-lagi tak punya pengikut. Kata pesohor mungkin terdengar kurang enak, apalagi kalau diplesetkan jadi gurauan biar tekor asal pesohor (kesohor, maksudnya).***
[Hangat-News]