Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
Iklan
Kunjungi Sponsor Kami
Terimakasih
Semoga Artikel Bisa Bermanfaat
[x]

Rise of the Planet of the Apes: Monyet Juga Bisa Galau

Written By admin on Sabtu, 17 September 2011 | 06.50


RALAT. Bukan monyet, tapi kera. Well, sort of.

Dalam buku Wild Justice: The Moral Lives of Animals, ilmuwan Marc Bekoff dan pengamat filosofi Jessica Pierce meyakini, hewan juga punya perasaan dan moral. Bekoff dan Pierce bahkan percaya, di kerajaan hewan juga diberlakukan peraturan untuk memisahkan perilaku yang baik dan buruk. Hipotesis ini dibuktikan dengan adanya sejumlah kejadian yang menghasilkan efek dramatis, bahkan heart-melting bagi sebagian orang.

Masih ingat video anjing korban tsunami Jepang yang ngehits di YouTube beberapa waktu lalu? Seekor anjing Labrador dengan setia menjaga temannya sesama Labrador yang tergeletak lemas di sampingnya. Dia bahkan mengusir awak media yang berusaha mengambil gambarnya.

Anda juga masih ingat film Hachiko yang dibintangi Richard Gere? Film yang terinspirasi dari kisah nyata di Jepang ini membuktikan anggapan yang menyebutkan anjing sebagai sahabat baik manusia. Ditambah lagi, wajah baby face Gere dan imutnya Hachiko si anjing berjenis Akita Inu, membuat para penontonnya berseru lirih, “Aaaaaaaah….”

Sayangnya, perilaku manusiawi (manusiawi? Hewani lebih pas kali, ya) hewan yang mengharukan ini tak berhasil ditunjukkan dalam Rise of Planet of the Apes.

Will Rodman (James Franco), ilmuwan dari perusahaan farmasi Gen-Sys, mengembangkan ramuan obat untuk Alzheimer yang diuji coba pada seekor simpanse. Bright Eyes, simpanse yang dijadikan kelinci percobaan, terbukti memiliki kecerdasan di atas rata-rata setelah disuntikkan bat hasil temuan Rodman. Para ilmuwan seketika geger saat Bright Eyes tiba-tiba mengamuk dan merusak seluruh isi gedung. Pasalnya, Bright Eyes yang baru melahirkan, merasa bayinya berada di bawah ancaman. Bright Eyes ditembak mati dan percobaan harus dihentikan.

rise-planet-ape2

Rise of the boyband of the Apes? (dok.ist.)

Untuk mempertanggungjawabkan insiden ini, Rodman terpaksa mengasuh bayi Bright Eyes yang kemudian dinamai Caesar. Selama bertahun-tahun, Rodman mengajari Caesar berbagai hal, mulai dari berpakaian sampai bahasa isyarat. Caesar bahkan punya kamar sendiri, lengkap dengan kasur busa dan televisi. Keakraban Caesar di keluarga barunya juga berdampak baik bagi kesehatan Charles (John Lithgow), ayah Rodman, yang mengidap Alzheimer.

Tinggal bersama manusia selama bertahun-tahun, membuat Caesar mulai mempertanyakan jati dirinya. Mengapa dia tinggal bersama manusia? Dimana ayah-ibunya? Dimana kera-kera yang lain? Singkatnya, Caesar jadi galau. Pertanyaan-pertanyaan ini membuat keadaan menjadi kacau, begitu juga dengan film ini. Caesar mengamuk, masuk penampungan hewan, di-bully salah seorang petugasnya yang diperankan oleh Tom Felton (iya, Tom Felton yang main Harry Potter itu!), lalu menggunakan kepandaiannya untuk melepaskan kera-kera lainnya dan membalas dendam kepada umat manusia yang telah memperlakukan mereka dengan semena-mena.

Berlebihan? Bagi saya, iya. Di setengah bagian akhir film ini, Caesar yang ‘unyu’ dan menggemaskan berubah menjadi bad ass. Caesar menjadi pimpinan geng kera dan hobi cari rusuh. Alih-alih dibawa tegang dengan aksi duel geng pimpinan Caesar dengan ratusan polisi yang menghadang di jembatan Golden Gate, San Fransisco, saya memilih untuk membanting tubuh saya ke sandaran kursi dan berharap filmnya segera usai.

Secara garis besar, Rise of Planet of the Apes tak ubahnya seperti Jurassic Park atau film sejenis tentang percobaan ilmiah yang berakhir malapetaka. Binatang masuk laboratorium, jadi korban percobaan ilmiah, eksperimennya gagal, binatangnya kabur, lalu ngamuk-ngamuk di kota. Tamat.

rise-planet-ape3

Caesar, sang kera galau. (dok.ist.)

O ya, bukan sekali ini saja kisah “planet monyet” diangkat ke layar lebar. Film planet monyet pertama lahir 1968 dengan kisah astronot (Charlton Heston) terdampar di planet mirip bumi tapi dengan manusia diperbudak monyet-monyet pintar. Film itu sukses besar dan diakui sebagai salah satu film fiksi ilmiah terbaik sepanjang masa.

Kisah “planet monyet” kemudian menjadi franchise sukses dibuat berkali-kali. Sutradara Tim Burton membuat remake kisahnya pada awal 2000-an kemarin. Nah, yang ini, diniatkan sebagai prekuel alias cerita sebelumnya, bagaimana awalnya bumi dikuasai monyet-monyet cerdas dan lantas manusia dijadikan budak.

Menonton film ini bikin saya mendadak kembali jadi ABG. Berkali-kali saya nyeletuk, “Capek, deh…” di beberapa adegannya, termasuk saat Caesar kembali ke hutan dan berbisik ke telinga Rodman, “Caesar is home.”

Apa? Caesar bisa ngomong? Ups, jadi spoiler deh.***

(NB: jangan dulu beranjak dari tempat duduk saat credit title mulai merayap. Masih ada scene tambahan yang tidak boleh dilewatkan.)


[Hangat-News]

0 komentar:

Posting Komentar