Ketika tradisional bertemu fashion
“Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau..”
Lagu nasional yag selalu kita nyanyikan sewaktu SD tersebut menggambarkan Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Beragam pulau yang membentuk negara Indonesia tersebut membuat Indonesia mempunyai beragam kebudayaan, hasil alam, dan adat istiadat.
Salah satu yang memiliki kekayaan alam yang melimpah adalah Kalimantan. Pulau yang punya nama lain Borneo ini adalah pulau terbesar ketiga di sebelah Utara Pulau Jawa dan di sebelah Barat Pulau Sulawesi. Pulau yang terkenal dengan julukan Pulau Seribu Sungai tersebut terdiri dari lima propinsi dan beragam suku yang terdapat di dalamnya.
Salah satu sukunya adalah suku Dayak Benuaq. Dayak Benuaq adalah salah satu suku Dayak yang ada di Kalimantan Timur. Awalnya, suku ini berada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang sekarang terpecah karena pemekaran wilayah. Akibat pemekaran wilayah tersebut, kini mereka berada dan menetap dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat dan sebagian keturunannya masih tertinggal dan menetap di Kutai Kartanegara [Tenggarong].
Tanpa diketahui banyak orang, suku Dayak Benuaq tersebut menyimpan beragam hasil alam yang dapat dijadikan kerajinan tangan yang indah. Salah satu hasil alam yang dapat dijadikan kerajinan tangan adalah pohon Ulap Doyo. Beberapa kerajinan yang dihasilkan dari pohon Ulap Doyo adalah kain tenun Ulap Doyo, kain tenun Badong Tancep, dan kain Sulam Tumpar.
Pohon Ulap Doyo sebenarnya tumbuh subur di tanah Kalimantan. Pohon Ulap Doyo tersebut dibiarkan tumbuh liar di hutan sekitar tempat tinggal mereka. Namun seiring perkembangan waktu, para pengrajin tersebut sudah mulai sulit mencari dan mendapatkan Pohon Doyo akibat terus tergerus oleh pertambangan batu bara maupun perkebunan kelapa sawit.
Selain itu, karena kurang dihargainya hasil kerajnan tangan dari suku Dayak Benuaq, membuat para keturunan mereka enggan meneruskan usaha kerajinan yang telah dijalankan oleh para leluhur selama berpuluh-puluh tahun. Namun, di tangan desainer Estee Nugraha, hasil kerajinan suku Dayak Benuaq “naik kelas”.
Karena ketertarikannya dengan kain yang dihasilkan dari pohon Ulap Doyo, Estee pun menetap selama beberapa bulan di Kalimantan. Ia pun tidak tinggal diam. Ia membawa beberapa gulungan benang dari Jakarta untuk dikreasikan dengan benang yang berasal dari pohon Ulap Doyo tersebut.
“Di sana saya ngajarin para pengrajin kalau mata burung itu tidak selamanya berwarna hitam. Atau tidak selamanya paruh buruh itu berwarna cokelat. Harapan saya waktu itu mereka bisa membuat variasi dengan benang-benang yang bawa dari Jakarta,” ujar Estee Nugraha, beberapa waktu lalu.
“Perjuangannya” selama berbulan-bulan pun tidak sia-sia. Kini ditangan para pengrajin Ape Bungan Tana -sebutan para pengrajin setempat-, hasil pohon Ulap Doyo dapat dijadikan kain Tenun Ulap Doyo, kain Tenun Badong Tancep, dan kain Sulam Tumpar dengan kreasi warna-warna yang lebih terang dan ceria. Selain itu, berkat tangan dingin Estee Nugraha, kain Tenun Ulap Doyo dan kain Tenun Badong Tancep dapat dijadikan gaun yang indah dan cantik.
Estee pun berharap perjuangannya tidak berhenti sampai di sini. Ia berharap kerajinan suku Dayak Benuaq tersebut dapat terus dilestarikan sehingga dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak. « [teks & foto @ratihwinanti]
“Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau..”
Lagu nasional yag selalu kita nyanyikan sewaktu SD tersebut menggambarkan Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Beragam pulau yang membentuk negara Indonesia tersebut membuat Indonesia mempunyai beragam kebudayaan, hasil alam, dan adat istiadat.
Salah satu yang memiliki kekayaan alam yang melimpah adalah Kalimantan. Pulau yang punya nama lain Borneo ini adalah pulau terbesar ketiga di sebelah Utara Pulau Jawa dan di sebelah Barat Pulau Sulawesi. Pulau yang terkenal dengan julukan Pulau Seribu Sungai tersebut terdiri dari lima propinsi dan beragam suku yang terdapat di dalamnya.
Salah satu sukunya adalah suku Dayak Benuaq. Dayak Benuaq adalah salah satu suku Dayak yang ada di Kalimantan Timur. Awalnya, suku ini berada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang sekarang terpecah karena pemekaran wilayah. Akibat pemekaran wilayah tersebut, kini mereka berada dan menetap dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat dan sebagian keturunannya masih tertinggal dan menetap di Kutai Kartanegara [Tenggarong].
Tanpa diketahui banyak orang, suku Dayak Benuaq tersebut menyimpan beragam hasil alam yang dapat dijadikan kerajinan tangan yang indah. Salah satu hasil alam yang dapat dijadikan kerajinan tangan adalah pohon Ulap Doyo. Beberapa kerajinan yang dihasilkan dari pohon Ulap Doyo adalah kain tenun Ulap Doyo, kain tenun Badong Tancep, dan kain Sulam Tumpar.
Pohon Ulap Doyo sebenarnya tumbuh subur di tanah Kalimantan. Pohon Ulap Doyo tersebut dibiarkan tumbuh liar di hutan sekitar tempat tinggal mereka. Namun seiring perkembangan waktu, para pengrajin tersebut sudah mulai sulit mencari dan mendapatkan Pohon Doyo akibat terus tergerus oleh pertambangan batu bara maupun perkebunan kelapa sawit.
Selain itu, karena kurang dihargainya hasil kerajnan tangan dari suku Dayak Benuaq, membuat para keturunan mereka enggan meneruskan usaha kerajinan yang telah dijalankan oleh para leluhur selama berpuluh-puluh tahun. Namun, di tangan desainer Estee Nugraha, hasil kerajinan suku Dayak Benuaq “naik kelas”.
Karena ketertarikannya dengan kain yang dihasilkan dari pohon Ulap Doyo, Estee pun menetap selama beberapa bulan di Kalimantan. Ia pun tidak tinggal diam. Ia membawa beberapa gulungan benang dari Jakarta untuk dikreasikan dengan benang yang berasal dari pohon Ulap Doyo tersebut.
“Di sana saya ngajarin para pengrajin kalau mata burung itu tidak selamanya berwarna hitam. Atau tidak selamanya paruh buruh itu berwarna cokelat. Harapan saya waktu itu mereka bisa membuat variasi dengan benang-benang yang bawa dari Jakarta,” ujar Estee Nugraha, beberapa waktu lalu.
“Perjuangannya” selama berbulan-bulan pun tidak sia-sia. Kini ditangan para pengrajin Ape Bungan Tana -sebutan para pengrajin setempat-, hasil pohon Ulap Doyo dapat dijadikan kain Tenun Ulap Doyo, kain Tenun Badong Tancep, dan kain Sulam Tumpar dengan kreasi warna-warna yang lebih terang dan ceria. Selain itu, berkat tangan dingin Estee Nugraha, kain Tenun Ulap Doyo dan kain Tenun Badong Tancep dapat dijadikan gaun yang indah dan cantik.
Estee pun berharap perjuangannya tidak berhenti sampai di sini. Ia berharap kerajinan suku Dayak Benuaq tersebut dapat terus dilestarikan sehingga dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak. « [teks & foto @ratihwinanti]
09.25 | 0
komentar