Uang Logam Rp 1.000 Baru dan Uang Kertas Rp 10.000 Desain Baru
bi.go.id
Bandung, Warta Kota
– Bank Indonesia (BI) sejak Selasa (20/7) secara resmi
mengeluarkan uang logam (UL) pecahan Rp 1.000 (seribu rupiah) baru tahu
emisi (TE) 2010 dan uang kertas (UK) pecahan Rp 10.000 (sepuluh ribu
rupiah) berdesain baru tahun emisi 2005.
Peresmian peredaran kedua jenis uang pecahan itu dilakukan oleh Wakil
Presiden Boediono di Gedung BI Bandung, Jawa Barat. Hadir dalam acara
tersebut Pjs Gubernur BI, Darmin Nasution, dan jajarannya, Gubernur Jawa
Barat (Jabar) Ahmad Heryawan dan Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel)
Alex Noerdin sebagai penerima replika uang baru.
UL pecahan Rp 1000 baru ini bergambar Garuda Pancasila pada sisi atau
penampang depannya. Sedangkan pada penampang belakangnya bergambar alat
musik angklung dengan latar belakang Gedung Sate, Bandung.
Dari segi warna UL pecahan Rp 1.000 berwarna putih keperakan. Dari
segi bahan, UL baru ini terbuat dari besi/baja berlapis nikel (nickel
plated steel).
Sementara terkait UK pecahan Rp 10.000, dijelaksan bahwa BI mendesain
ulang UK pecahan Rp 10.000 karena dari segi warna uang pecahan ini
banyak dipersepsikan mirip dengan UK pecahan Rp 100.000 yang saat ini
beredar di masyarakat.
Oleh karena itu kini UK Rp 10.000 baru berubah menjadi merah kebiruan
namun gambarnya masih tetap sama, yakni Sultan Mahmud Bardaruddin II
dan Rumah Tradisional Limas Palembang.
Dalam laporan singkatnya di depan Wapres Boediono, Darmin Nasution
menyampaikan, upaya peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat perlu
dukungan ketersediaan rupiah yang memadai. “Untuk itu uang pecahan ini
dibuat dengan ciri-ciri tertentu yang khas, sehingga mudah dikenali
sesuai ciri-ciri aslinya guna memperlancar transakasi,” katanya
Mengenai dipilihnya angklung yang merupakan alat musik tradisional,
Darmin menjelaskan bahwa langkah tersebut dipilih sebagai wujud nyata
dari upaya pelestarian kebudayaan nasional. Sedangkan pemilihan gambar
Gedung Sate Bandung sebagai latar belakang merupakan wujut pelestarian
tempat bersejarah dalam kehidupan bangsa.
“Jadi uang menjadi media pelestarian budaya dan tempat bersejarah Indonesia. ” ujarnya .
Sementara dari segi ketahanan uang logam jauh lebih mampu bertahan
lama dibandingkan uang kertas dan dari biaya pencetakan uang logam juga
lebih hemat..
Pada bagian lain penjelasannya, Darmin Nasution mengatakan, kedua
jenis uang pecahan itu sudah disebarkan di seluruh kantor BI dan
bank-bank yang ada di seluruh Indonesia.
Namun ditegaskan bahwa uang kertas Rp 10.000 desain lama dan baru
sama-sama bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Uang pecahan
kecil saat ini porsinya mencapai 50 persen dari tujuh pecahan uang
kertas yang beredar di masyarakat, yakni dari uang pecahan Rp 100 hingga
Rp 100.000.
Sementara itu Wapres Boediono dalam sambutannya sebelum meresmikan
peredaran uang pecahan baru tersebut meminta BI untuk terus membangun
dan menjaga kepercayaan publik terhadap rupiah. Namun Wapres juga
mengimbau semua pihak untuk bersama-sama menjaga stabilitas nilai
rupiah.
“Sebab kepercayaan terhadap mata uang adalah kepercayaan terhadap
negara,” kata Boediono yang pernah menjabat sebagai gubernur BI.
Fitur keamanan
Seusai acara Deputi Bidang Pengawasan BI Budi Rochadi mengatakan, desain
ulang UK pecahan Rp 10.000 yang baru, selain dilakukan untuk membedakan
dengan UK pecahan Rp 100.000 yang lama juga ditujukan meningkatkan
keamanan dari aksi pemalsuan uang.
Menurutnya, meskipun aksi pemalsuan uang Rp 10.000 jauh lebih sedikit
dibandingkan uang pecahan Rp 20.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000. BI juga
berkepentingan uang pecahan Rp 10.0000 tetap perlu dijaga keamanannya.
“Kami menambah security feature uang pada uang kertas pecahan Rp
10.000 yang baru ini,” ujar Budi. “Sementara desain ulang lebih pada
warna dan angka rupiah yang dibedakan dengan Rp 100.000,” tambahnya.
BI mencatat aksi pemalsuan uang menurun dari 9 lembar per 1 juta
lembar menjadi 7 lembar per 1 juta lembar. “Namun perlu diwaspadai
karena meskipun pemalsuan uang menurun, tapi kualitasnya meningkat,”
katanya.
Rencananya selama pada 2010 ini BI akan mencetak sekitar 820 juta
bilyet UK pecahan Rp 10.000. Sementara UK pecahan Rp 10.000 yang lama
dicetak 120 juta bilyet. “Uang lama masih bisa dipergunakan sebagai
pembayaran yang sah,” ujarnya.
Namun BI berharap selama dua tahun ke depan uang Rp 10.000 yang lama
sudah habis di pasaran dan diganti dengan Rp 10.000 dengan desain baru,
yang warnanya tidak lagi merah melainkan kebiru-biruan.
Untuk UL pecahan Rp 1000 yang baru BI akan mencetak 719 juta keping
sepanjang 2010 ini. Hingga saat ini BI sudah mencetak 300 juta keping.
Dari segi peredaran, Budi mengatakan, berbeda dengan sebelumnya,
yakni saat peluncuran UK pecahan Rp 2.000 kini BI telah menderakan lebih
dulu uang yang aka diluncurkan. “Oleh karena itu uang logam pecahan Rp
1.000 yang baru sudah bisa didapatkan masyarakat karena BI sudah
mencetaknya, tidak seperti uang Rp 2.000 dulu yang diluncurkan dulu baru
dicetak,” katanya.
Ditanya dari segi biaya pencetakan, Budi mengatakan biaya UL pecahan
Rp 1.000 di bawah nilai intrinsik. Namun Budi enggan menjelaskan biaya
sesungguhnya. “Menurut catatan kami biayanya di bawah nilai
intrinsiknya, ” katanya.
Budi juga menyatakan, dari segi kekuatan uang logam ini jauh lebih
tahun lama dibandingkan uang kertas. Dengan memperbanyak uang logam,
katanya, BI bisa melakukan penghematan biaya yang signifikan dari segi
pencetakan walaupun harga logam lebih tinggi dibandingkan harga kertas.
“Perbandingannya 1 berbanding 15. Artinya kalau uang kertas hanya
tahan satu tahun maka uang logam bisa. Dengan memperbanyak uang logam BI
bisa menghemat biaya percetakan walaupun harga logam lebih tinggi
dibandingkan harga kertas,”. ujar Budi Rochadi.
[Hangat-News]