Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
Iklan
Kunjungi Sponsor Kami
Terimakasih
Semoga Artikel Bisa Bermanfaat
[x]

Rinrin Marinka: Memasak Itu Harus Sempurna. Kalau Enggak, Jangan Disajikan!

Written By admin on Rabu, 25 Mei 2011 | 15.08

Rinrin-Marinka-Hono

Rinrin Marinka (Hono/BI)

WAJAH imutnya bisa disaksikan di layar TV dalam acara MasterChef Indonesia.

Hobi memasak Rinrin mulai tumbuh saat duduk di bangku SD. Aneka bahan makanan yang ada dia olah sekenanya. Hasilnya, berantakan.

“Bolu yang saya bikin selalu bantat. Bikin es juga begitu,” kenang pemilik nama asli Maria Irena Susanto ini diiringi gelak tawa.

Rinrin tidak kapok. Ia terus mencoba. Hobi memasak itu nyatanya berguna saat ia melanjutkan pendidikan di jurusan desain di Sydney, Australia.

“Delapan tahun saya tinggal sendiri di Sydney. Saya terbiasa melakukan semua sendiri. Eksperimen. Dari buku masak, majalah, dan lainnya,” kata Rinrin.

“Seniman itu, kan kalau enggak puas, akan mengulang lagi. Begitu juga dengan memasak. Kalau enggak enak, mending diganti. Memasak itu harus sempurna. Kalau enggak, jangan disajikan deh,” tegas pemilik tinggi badan 158 cm dan berat 48 kg ini.

Pulang ke Tanah Air pada 2005, Rinrin banyak mendapat pengalaman-pengalaman baru. Dari mengajar di Pantry Magic Cooking School di Kemang, menjadi bintang tamu acara ini-itu, sampai menjadi pemilik kafe Warung Telor Ceplok di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan.

“Kafe saya sudah tutup. Makanannya enak. Tapi market-nya salah,” ungkap Rinrin.

Pada 2007, sosok mungil Rinrin mewarnai layar kaca lewat acara Sendok Garpu di JakTV. Kemudian dia mengisi acara Cooking in Paradise di Trans 7 setahun.

“ (Lalu) saya dipanggil untuk kasting (MasterChef) oleh RCTI dan Fremantle. Kira-kira saya cocok atau tidak. Juga dilihat, komposisi saya dengan Juna dan Vindex cocok enggak,” papar Rinrin.

Tidak ada rasa minder berada di antara chef-chef yang sudah banyak makan asam garam. Rinrin justru tertantang. Ia tidak mau keberadaannya hanya sebagai pajangan.

“Pengalaman saya tidak sebanyak mereka. Juna cocok untuk bagian yang galak-galak. Saya mungkin bagian yang cerianya,” bilang Rinrin.

Rinrin mengelak, karakternya di situ cenderung protagonis.

“Enggak juga, ya. Biasanya saya bisa galak di dapur. Khususnya waktu coaching. Kalau kerjanya enggak benar, pasti saya akan bawel. Saya enggak suka lihat orang kerjanya lambat. Kalau makanan enggak enak, saya tetap bilang enggak enak,” kata Rinrin.

Walaupun mungkin akan membuat kontestan sakit hati?

“Itu kayaknya risiko mereka deh datang ke MasterChef. Kalau mereka begitu, ya enggak bakal maju-maju. Kalau mereka positif, tentu bakal maju,” tambahnya.

Tidak ada unsur rekayasa di acara ini, kata Rinrin. Emosi meledak-ledak, kecewa, dan sedih merupakan hal yang manusiawi. Semua penilaian juri dilakukan spontan.

“Enggak ada skrip. Juna dan Vindex, mungkin karena bukan dari entertainment, mungkin ngomongnya terpatah-patah,” sambungnya.

“Saya benar-benar senang di MasterChef ini. Kami minta didengar, kalau kontestan dikasih masukan. Pengalaman kami bertiga lebih banyak daripada mereka. Yang paling penting di sini adalah attitude. Juga skill, hasil makanan, seberapa besar mereka mau berada disini,” bilangnya.

(hangat-news)

0 komentar:

Posting Komentar