Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
Iklan
Kunjungi Sponsor Kami
Terimakasih
Semoga Artikel Bisa Bermanfaat
[x]

Strato FM Radio Mandarin Surabaya

Written By admin on Rabu, 04 November 2015 | 14.29

Strato FM Radio Mandarin Surabaya




Sejak beberapa tahun terakhir, udara Kota Surabaya dihiasi alunan lagu-lagu berbahasa Mandarin. Hal yang tak terbayangkan selama era Orde Baru.

Oleh EVI YULIANA/USWATUN
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya



KITA layak berterima kasih kepada para penyiar Radio Strato 101,9 FM yang setiap hari, tak jemu-jemu, melayani permintaan pendengar. Mereka juga secara tak langsung memperkenalkan bahasa Mandarin kepada masyarakat Surabaya umumnya.

Yang menarik, para penyiar Strato FM ini rata-rata berusia muda, di bawah 30 tahun. Artinya, semua lahir pada era Orde Baru (1966-1998), ketika bahasa Mandarin dan semua yang berbau Tionghoa dibredel oleh pemerintah. Tapi, syukurlah, mereka mampu belajar secara cepat sehingga mampu menguasai bahasa asal negara panda itu.

“Di Strato FM, kami memang harus bisa berbahasa Mandarin dan menguasai lagu-lagu Mandarin,” ujar Xiao Qin, salah satu penyiar Strato FM, yang ditemui Radar Surabaya di studio Strato FM pekan lalu.

Xiao Qin -- ini sebenarnya hanya nama udara -- memutuskan menjadi penyiar karena hobinya memang mendengarkan lagu-lagu Mandarin. Dia juga senang berbicara, membaca, dan menikmati semua yang bernuansa Mandarin.

Saking senangnya, sudah tujuh tahun ini Xiao Qin betah menjadi penyiar Strato FM. Suara dan celetukannya yang khas pun membuat betah pendengar setianya. “Di sini saya senang, hobi juga sih. Selain itu, kerjanya part time. Nggak perlu kerja sepanjang hari,” tuturnya.

Suara Xiao Qin biasanya bisa dinikmati mulai pukul 15.00 hingga 18.00. “Kebetulan saya siaran sekarang karena teman yang siaran pukul 11.00-15.00 nggak bisa masuk. Ya, akhirnya saya gantikan,” ceritanya.

Radio di bawah manajemen Grup Suzanna ini punya lagu khusus sebagai pembuka dan penutup siaran yang diciptakan oleh komposer dari kru Strato FM sendiri, yaitu Jie Li. Namun, lagu dengan nuansa Tiongkok yang kental itu dinyanyikan oleh penyanyi Mandarin asal Malaysia.

Rupanya, pihak Strato FM kesulitan menemukan penyanyi-penyanyi Mandarin di Surabaya yang punya karakter vokal yang khas. Musik pop Mandarin di Malaysia berkembang pesat karena komunitas Tionghoa Malaysia memang bebas mengembangkan seni budayanya sendiri. Maka, regenerasi penyanyi Mandarin di Malaysia pun berlangsung dengan lancar.





Sejak mengudara satu dekade silam, pengelola Radio Strato FM ternyata sama sekali tidak kekurangan stok lagu-lagu pop Mandarin. Ada stok lagu-lagu sangat lawas, yang sudah masuk kategori Mandarin klasik, era 1980-an dan 1990-an, hingga Mandarin kontemporer.
Lagu-lagu tersebut dipasok langsung oleh manajemen artis yang bersangkutan. Misalnya, Chen Rui, artis dari Tiongkok, langsung mengirimkan lagu-lagunya kepada manajemen Strato untuk diperdengarkan kepada pendengar di Surabaya.



Rata-rata semua radio yang punya program musik memang bekerja sama dengan manajemen artis atau label. Karena itu, pihak Strato tidak pernah kekurangan stok lagu. “Mau minta lagu Mandarin jenis apa saja kami punya,” papar Xiao Qin, salah satu penyiar Strato FM, kepada Radar Surabaya, pekan lalu.

Digitalisasi musik, termasuk sistem penyiaran radio, sejak akhir dekade 1990-an semakin memudahkan manajemen Strato FM untuk menyimpan musik. Beda dengan era piringan hitam atau kaset, koleksi ribuan lagu-lagu pop Mandarin cukup disimpan di file-file komputer.

Ketika ada request dari pendengar, si penyiar macam Xiao Qin tinggal mengklik judul lagu atau nama penyanyi di komputer. Dan dalam hitungan detik, lagu-lagu yang diminta pendengar sudah bisa diperdengarkan. Si penyiar pun bisa dengan mudah memperkaya informasi tentang sang artis dan latar belakangnya dalam waktu singkat.

Yang menarik, di Strato FM ada seorang penyiar yang masih berusia empat tahun. Namanya Nu Nu. Kebetulan si bocah ini siaran bersama mamanya yang juga penyiar di Strato pada hari Jumat. Selain pintar bahasa Mandarin, karena ibunya memang asli Tiongkok, Nu Nu juga piawai memberikan tips-tips yang diminta pendengar.

“Nah kebetulan Nu Nu ada urusan di sekolahnya, maka saya yang menggantikan dia. Anaknya masih kecil, tetapi pintar dalam berinteraksi dengan orang lain. Dia suka sekali berbicara,” tutur Xiao Qin, penyiar yang juga guru piano klasik di Surabaya.

Karena suka ngomong, suka membaca, cepat belajar, si Nu Nu ini sering diajak mamanya ke studio Strato FM. Ketika melihat mamanya bercuap-cuap di corong radio, Nu Nu tak tahan juga berbicara.

“Lantas, mamanya ajak siaran bareng sampai sekarang. Dan dia sangat menikmati,” ujar Xiao Qin.





DALAM perkembangannya, request atau permintaan terhadap lagu-lagu Mandarin dari pendengar sangat tinggi. Apalagi, di awal reformasi itu, masyarakat Tionghoa tengah dilanda eforia setelah pemerintah mencabut larangan terhadap ekspresi budaya Tionghoa di muka umum.

Tahun baru Imlek, yang selama Orde Baru (1966-1998) dirayakan secara sembunyi-sembunyi, kini boleh dirayakan secara publik. Bahkan, pemerintah menetapkan tahun baru Imlek (Sincia) sebagai hari libur nasional. Ini tentu saja merupakan kabar gembira buat para penggemar lagu-lagu pop Mandarin.

Maka, manajemen Grup Suzanna menjadikan Strato FM sebagai Mandarin radio. Yakni, radio swasta yang secara khusus melayani segmen pendengar yang suka lagu-lagu pop Mandarin. Kemudian direkrutlah sejumlah remaja dan mahasiswa yang fasih berbahasa Mandarin. Mereka umumnya lulusan perguruan tinggi di Tiongkok atau Taiwan.

“Nah, sampai sekarang Strato FM memang identik dengan lagu-lagu Mandarin. Dan itu masih terus kami pertahankan,” kata Xiao Qin, salah satu penyiar Strato FM, kepada Radar Surabaya pekan lalu.
“Kami memang fokus pada lagu-lagu Mandarin. Selain itu, ada tips-tips jika ada pendengar yang minta,” tambah Xiao Qin.

Kiprah Starto FM ini sempat menarik perhatian sejumlah peneliti di Jawa Timur. Di antaranya, Supriyanto dari Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Satelit Kelas II Surabaya, serta Totok Wahyu Abadi dari FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Keduanya melakukan penelitian bertajuk Resepsi Program Siaran Mandarin di Radio FM Surabaya.

Selain Strato FM, kedua peneliti ini mensurvei radio-radio lain di Surabaya yang punya program Mandarin. Yakni, EBS FM, El Victor FM, Global FM, Merdeka FM, MTB FM, Pas FM, Star FM, dan Suzanna FM. Dari sembilan radio ini, Strato FM dinilai paling banyak menyediakan jam siarnya untuk program Mandarin.

“Pihak manajemen (Strato) memilih menampilkan program siaran Mandarin karena populasi etnis Tionghoa di Surabaya cukup besar,” papar Totok Wahyu Abadi.

Tentu saja, populasi Tionghoa ini ada kaitan erat dengan potensi iklan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat Tionghoa, penggemar program musik Mandarin, punya potensi ekonomi yang sangat besar. Dan itu akan sangat mendukung kelangsungan stasiun radio yang bersangkutan.



DALAM riset terhadap sembilan radio FM di Surabaya, yang punya program Mandarin, Supriyanto, peneliti dari Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Surabaya, dan Totok Wahyu Abadi, dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menemukan fakta menarik. Ternyata, durasi atau jam siar Mandarin di Strato FM meningkat signifikan.

Awalnya, durasi siaran Mandarin hanya sekitar lebih tiga jam sehari. Format siaran kata berupa informasi dan interaktif. Di luar tiga jam khusus ini, Strato FM mengudarakan musik pop Indonesia atau Barat yang sedang digandrungi anak-anak muda.
Namun, pada November 2007, menurut Totok Wahyu, siaran Mandarin di Strato FM ditambah dari hanya tiga jam sehari menjadi 13 jam sehari. Bertambah 10 jam. Kebijakan yang terbilang drastis ini tak mungkin dilakukan radio-radio lain yang juga sudah membuka ruang untuk musik pop Mandarin.

Mengapa Strato FM, radio swasta di bawah manajemen Suzanna Group, melakukan kebijakan sedrastis ini? Menurut Totok, pertama, karena semakin banyaknya permintaan pendengar yang tertarik dengan lagu-lagu pop Mandarin. Maklum, selama 30 tahun lebih pop Mandarin hanya beredar samar-samar di kalangan terbatas.

Nah, ketika udara reformasi membebaskan penerbitan media berbahasa Tionghoa, termasuk radio, warga pun larut dalam euforia. Seakan-akan mendapat suatu mainan baru, hiburan yang menyebangkan. Faktor kedua, para penyiar dan pengelola Strato FM ingin menjalin komunikasi yang lebih intensif dengan para pendengar.

Ketiga, maraknya kursus bahasa Mandarin, bahkan sejumlah sekolah memasukkan bahasa Mandarin dalam kurikulumnya, secara tak langsung menambah penggemar radio-radio Mandarin macam Strato FM. Sebab, banyak pelajar atau mahasiswa atau peserta khusus sengaja memanfaatkan Strato FM untuk melatih percakapan dalam bahasa Mandarin alias Huayu Huihua.

Kebetulan pula para penyiar Strato FM cukup sabar mendengarkan obrolan pendengar, via telepon, termasuk yang bahasa Mandarinnya masih belepotan. Karena itu, tidak aneh kalau sejumlah pendengar kerap mencampuradukkan bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia, bahasa Jawa, hingga bahasa Tionghoa dialek Hokkian.

Berdasarkan riset Supriyanto dan Totok, siaran Mandarin di beberapa radio di Surabaya, termasuk Strato FM, tidak hanya dinikmati warga Tionghoa, tetapi juga kelompok masyarakat lainnya. Ini juga terlihat di acara lomba-lomba karaoke yang diadakan Strato FM. Sejumlah pendengar non-Tionghoa bahkan keluar sebagai pemenang. (*)

[Hangat-News]

0 komentar:

Posting Komentar