Cerobong Eks Pabrik Gula di Balongbendo
Alkisah, tempo doeloe pada zaman Hindia Belanda, di wilayah Kabupaten Sidoarjo banyak berdiri pabrik-pabrik gula. Salah satu pabrik gula, yang dianggap tertua, terletak di Kecamatan Balongbendo. Pabrik Gula (PG) Balongbendo ini pernah sangat terkenal di tanah air. Foto-fotonya banyak ditemukan di jejaring sosial Facebook kawan-kawan penggemar tempo doeleoe.
Seperti belasan pabrik gula lain di Sidoarjo, PG Balongbendo cuma tinggal cerita. Tapi masih ada bangunan tersisa, dan sengaja dibiarkan untuk monumen, berupa bekas cerobong PG Balongbendo. Kita masih bisa melihat tetenger itu di atas lahan seluas 13 hektare eks PG Balongbendo itu.
Kepala Desa Balongbendo Sugiarto memperkirakan PG Balongbendo berdiri pada tahun 1860an. Berkat pabrik itu, petani-petani di Balongbendo zaman dulu hidup lumayan makmur. Kebun tebu sangat luas. Perekonomian di kawasan barat Sidoarjo itu pun tumbuh pesat. Ini terlihat dari bangunan-bangunan lama di Balongbendo dan sekitarnya yang bagus-bagus. Rumah-rumah eks Belanda pun masih ada.
Kejayaan PG Balongbendo terhenti ketika tentara Jepang masuk. Bangunan PG Balongbendo dan gedung-gedung milik Belanda diambil alih "saudara tua" itu. Dijadikan gudang senjata, rempah-rempah, dsb. Pabrik gula itu mangkrak hingga Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.
Beberapa tahun kemudian, setelah nasionalisasi semua perusahaan Hindia Belanda, kompleks PG Balongbendo diubah menjadi pabrik tekstil PT Ratatex (Rahman Tamin Textile) milik Rahman Tamin, pengusaha kaya asal Sumatera Barat, yang dekat dengan penguasa republik. Tak heran pabrik kain diresmikan langsung oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mochammad Hatta (juga asli Sumatera Barat). Kain-kain Ratatex pun segera menyebar ke seluruh Indonesia
Kades Sugiarto mengatakan, prasasti peresmian pabrik Ratatex masih disimpan sebagai bukti bahwa dulu dwitunggal Soekarno-Hatta pernah menginjakkan kaki di Balongbendo, desa sederhana di pinggir Sungai Brantas. "Itu catatan sejarah yang sangat membanggakan kami, warga Balongbendo," kata Pak Kades.
Perubahan dari pabrik gula menjadi pabrik tekstil membuat instalasi pabrik pun disesuaikan. Cerobong asap dibiarkan berdiri. Menurut Sugiarto, bangunan lawas itu sebagai tetenger atau monumen bahwa tempo doeloe pernah berdiri pabrik gula tertua di Kabupaten Sidoarjo. "Sayang temboknya sudah dirobohkan. Bangunan yang ada cerobongnya itu luasnya 65 x 30 meter," katanya. "Saya larang eks cerobong itu disisakan sebagai cagar budaya."
[Hangat-News]
0 komentar:
Posting Komentar