Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
Iklan
Kunjungi Sponsor Kami
Terimakasih
Semoga Artikel Bisa Bermanfaat
[x]

Sempoa Alat Hitung Moderen

Written By admin on Rabu, 20 April 2011 | 15.43


ALAT bantu perhitunggan yang kerap dipakai masyarakat Tionghoa disebut sempoa, bahasa bakunya swipoa, atau abakus. Sempoa, sipoa, atau dekak-dekak adalah alat kuno untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa digeser-geserkan. Sempoa digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan akar kuadrat.

”Sempoa telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem bilangan Hindu Arab dan sampai sekarang masih diminati pedagang di berbagai belahan dunia seperti di China,” sebut pemerhati budaya Tionghoa, Hendry Hartono.

Alat ini, kata Hendry, sering digunakan sebagai alat hitung bagi tuna netra, karena manik-manik pada sempoa dapat dengan mudah dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet biasanya diletakkan di bawah sempoa untuk mencegah manik-manik bergerak secara tidak sengaja.

Menurut Hendry, alat hitung ini pertama kali ditemukan dalam sejarah Babilonia kuno dalam bentuk sebilah papan yang di atasnya ditaburi pasir sehingga orang bisa menulis atau menghitung. Itu sebabnya, alat tersebut dinamai abakus yang berasal dari bahasa Yunani, abacos, yang artinya menghapus debu.

Dalam bahasa Yunani, kata abax juga berarti tabel untuk menggambar bentuk-bentuk geometris di atas debu atau pasir. Ahli linguistik berspekulasi bahwa kata abax berasal dari kata abak yang dalam bahasa Ibrani yang berarti debu. Pendapat lain mengatakan abakus berasal dari kata abak yang dalam keluarga bahasa Fenisia berarti pasir. Konon sempoa sudah ada di Babilonia dan di China sekitar tahun 2.400 SM dan 300 SM.

Bangsa China, lanjut Hendry, mengembangkan abakus ini menjadi dua bagian. Pada jeruji atas dimasukkan dua manik-manik, dan lima manik-manik pada jeruji bawah. Model atau bentuk inilah yang membuat abakus/sempoa menjadi amat populer.

Pada abad ke 16, abakus dibawa masuk ke Jepang oleh para pedagang dan biksu-biksu Buddha dari China. Bangsa Jepang akhirnya mempunyai ide untuk mengurangi jumlah manik-maniknya menjadi satu pada jeruji atas dan empat pada jeruji bawah. Metode ini amat praktis sehingga membuat anak-anak Jepang sangat menyukai aritmatika. Hal inilah yang membuat Jepang begitu cepat bangkit dari puing-puing kekalahannya pada Perang Dunia II. Generasi muda Jepang sangat menyukai bidang-bidang eksakta menjadi sangat mudah mengadopsi teknologi yang dibawa orang Amerika.

Fenomena ini tidak luput dari perhatian negara-negara tetangganya. Setelah perang Korea yang menyengsarakan pada dekade 1950-an, bangsa Korea Selatan secara intensif mendidik genarasi mudanya dengan aritmatika model Jepang, sehingga pada dekade 60-an mereka sudah bisa mensejajarkan diri dengan negara-negara maju lainnya.

Negara-negara Taiwan yang sudah terbiasa dengan sempoa model China, tidak ketinggalan mengubah sistem belajarnya dengan metode Jepang. Dan kini Taiwan juga menikmati kemakmuran berkat industrinya yang berbasis high tech. ***

Metoda Berhitung

Metoda berhitung sama halnya dengan belajar matematika dasar, yakni dengan belajar menambah (+) mengurangi (-) mengalikan (x) dan membagi (:) memakai alat SEMPOA.
Pada tahap awal, anak-anak diajarkan menguasai sempoa sampai mahir lalu ketrampilan tangan itu dipindahkan ke dalam alam imajinasinya sampai akhirnya anak-anak tidak memerlukan sempoa lagi.
Usia Ideal Belajar
Usia ideal belajar anak dimulai pada saat si anak memasuki usia sekolah di TK-A, TK-B, Sekolah Dasar (SD) dan paling tinggi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini bertitik tolak pada teori bahwa perkembangan daya pikir anak yang dimulai pada usia 0 sampai 15 tahun memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat.

Manfaat Belajar Aritmatika
Melalui belajar mental aritmatika seorang anak akan memperoleh banyak manfaat diantaranya :

1. Meningkatkan kemampuan berhitung lebih cepat diatas rata-rata anak
2. Kemampuan mencongak lebih cepat dan tepat
3. Menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan kanan serta mengoptimalkannya untuk mencapai
tingkat berfikir yang analisis dan logika berfikir yang benar
4. Terlatihnya daya fikir dan konsentrasi, membantu anak untuk menguasi mata pelajaran yang
lainnya
5. Menumbuhkembangkan imajinasi sehingga kreatifitas anak berkembang.
6. Membiasakan diri dengan angka-angka, membuat anak tidak lagi alergi pada pelajaran eksakta

Sempoa Jepang yang disebut Soroban
Sempoa sistem 1-4 atau sempoa Jepang (soroban) merupakan sistem desimal murni yang hanya terdiri dari 2 baris manik-manik. Baris bagian atas terdiri dari 1 baris manik-manik dan baris bagian bawah terdiri dari 4 baris manik-manik. Ada juga soroban dengan 5 baris manik-manik pada setiap kolom.
Baris manik-manik bagian atas (sebuah manik-manik per batang) bernilai 5, sedangkan manik-manik bagian bawah (4 manik-manik per batang) bernilai 1. Garis tengah di antara kelompok manik-manik tersebut disebut "garis nilai". Pada kondisi nol, tidak ada manik-manik yang menempel pada garis nilai. Batang sempoa pada posisi paling kanan bernilai satuan, dengan batang di sebelah kirinya bernilai puluhan, ratusan, dan begitu seterusnya ke arah kiri.
Soroban diajarkan di sekolah dasar di Jepang sebagai bagian dari pelajaran operasi aritmatik untuk memperlihatkan bilangan desimal secara visual. Pada waktu belajar menghitung dengan soroban di kelas, guru biasanya memberi instruksi penambahan atau pengurangan dengan bernyanyi. ***

0 komentar:

Posting Komentar