Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
Iklan
Kunjungi Sponsor Kami
Terimakasih
Semoga Artikel Bisa Bermanfaat
[x]

Awalnya Geli Lama-Lama Ketagihan

Written By admin on Rabu, 20 April 2011 | 14.29

Lirik lagu Hello Band, Ular Berbisa, sepertinya ungkapan sakit hati karena cinta. Tapi hal tersebut tidak mempengaruhi kecintaan sekelompok orang terhadap ular yang tergabung dalam Batam Reptiles Community (BRC).


Sekali seminggu anggota BRC kumpul di sekretariat.
f.yusuf hidayat/batampos.


Bayu,28, dan Hendra,24, dua diantara 25 anggota BRC, yang ditemui Batam Pos di sekretariat BRC di Flora dan Fauna pet shop jalan komplek bisnis center blok 5 no 3 Nagoya. Keduanya sedang bercengkrama dengan ular kesayangannya. Kulit mati pada ular boa super red salmon yang dipegang Hendra dengan hati-hati dilepasnya.


Hendra membantu boa super red salmon berganti kulit.
f.yusuf hidayat/batampos.

‘’Lagi proses ganti kulit, saya bantu lepaskan kulit matinya biar tidak merusak keindahan kulitnya,’’ ujar Hendra.

Secara alami, setiap 2-3 minggu sekali ular ganti kulit. Namun agar keindahan kulit ular kesayangannyanya tidak terganggu dengan pergantian kulit, Hendra berusaha membantu proses pelepasan tersebut. ‘’Biasanya 4-5 hari setelah makan, ular akan ganti kulit, dibantu seperti ini jadi keindahan kulitnya tidak terganggu,’’ ungkap Hendra.

Diakui Hendra, tadinya ia tidak menyukai ular dan hewan jenis reptil lainnya. ‘’Takut dan geli aja lihat hewan reptil, apalagi ular,’’ ungkap Hendra.

Namun, pemilik Flora dan Fauna pet shop ini penasaran ketika salah satu satu pelanggannya selalu membeli tikus putih ditempatnya. ‘’Ternyata tikus itu untuk makan ular boa albino peliharaan pelanggan saya, yang kini jadi teman satu komunitas di BRC,’’ ujar Hendra.

Itulah awal perkenalannya dengan Indra Bayu,28. Meskipun takut melihat boa albino yang dibawa Bayu, namun Hendra mengaku tertarik untuk lebih mengenal reptil tersebut. Tak ayal keduanya makin suka membahas reptil dan akhirnya bertemu dengan beberapa pecinta reptil lainnya, lalu membentuk BRC.

Dalam hitungan beberapa bulan terbentuk, BRC menggelar Reptil Expo di Mega Mall. Ini merupakan kegiatan pertama BRC untuk umum. ‘’Responnya luar biasa, selain anggota bertambah dari 12 orang kini menjadi 25 orang, ’’ terang ketua BRC, Indra Bayu.

Dari 25 anggota komunitas, rata-rata tiap anggota memiliki lebih dari satu hewan peliharaannya. Meski jenis reptil yang dipelihara termasuk jarang di Indonesia, namun di daerah asalnya reptil tersebut bukan jenis hewan langkah yang dilindungi. ‘’Di Jawa sudah banyak penangkaran ular atau jenis reptil dari luar, seperti dari Australia atau Afrika,’’ terang Bayu.

Untuk harga, diakui Bayu relatif, boa albino miliknya dibeli Rp8 juta dan kini ditawar Rp10 juta. ‘’Tapi saya belum ada niat menjual, soalnya sudah jinak,’’ ungkap Bayu.

Selain ular, anggota komunitas juga ada yang pelihara iguana, tokek, katak dan kura-kura. Namun sebagian besar anggota BRC memelihara ular.

Pelihara ular, kata Bayu tidak susah. Seminggu makannya hanya dua kali, habis itu tidur, buang kotorannya juga bisa dipantau. ‘’Habis makan setelah dua-tiga hari buang kotoran, biasanya kalu mau buang kotoran, bagian anusnya mengeras,’’ ujar Bayu.

Kini, kecintaan Bayu pada ular, menular pada istrinya,Tina dan anaknya Wayne,5. Sebelumnya Tina mengaku takut dengan hewan melata tersebut.

Dalam berbagai kesempatan acara BRC, Wayne dan Tina juga hadir mengambil bagian dalam kegiatan tersebut. ‘’Anggota komunitas satu paket,’’ ungkap Tina sambil tertawa kecil. ***

Siap Panggilan 24 Jam Usia BRC masih hitungan bulan, berdiri 26 September 2010 lalu. Meski masih muda, berbagai kegiatan yang diselenggarakan BRC, mengundang perhatian masyarakat. Berbagai pameran dilakukan, seperti Reptile Expo yang digelar Maret 2011 lalu di Mega mall. Terakhir BRC diundang sekolah Global, selain sebagai peserta pameran, BRC juga diminta untuk edukasi reptil di sekolah tersebut.

Sebagian besar, orang masih menganggap reptil sebagai hewan yang menakutkan dan menjijikan. Namun setiap BRC menggelar acara selalu mendapat perhatian. ‘’Minatnya luar biasa, meskipun geli dan takut, rasa ingin tahu membuat mereka betah berlama-lama melihat koleksi reptil kami,” terang Bayu, anggota BRC.

Bahkan, ketika menggelar pameran di sekolah Global, pihak sekolah yang terdiri dari guru, murid bahkan orang tua murid yang hadir rata-rata banyak yang tidak tahu, kalau sebagian besar reptil itu tidak berbahaya.. ‘’Misalnya saja ular, justru yang berbisa hanya sebagian kecil saja, dari ribuan jenis ular hanya 3-4 persen saja jenis ular yang beracun,” terang Bayu.

Demikian juga dengan katak, tidak semua katak itu beracun. Ada beberapa jenis katak dengan warna terang dan ukuran lebih kecil ukuran katak pada umumnya, tidak beracun. ‘’Banyak yang mengatakan katak berwarna terang beracun, padahal tidak ini contohnya,” ujar Bayu sambil menunjukan koleksi katak salah satu anggota komunitas.

Saat ini keberadaan BRC juga sebagai ajang edukasi. Diakui Bayu, masih banyak masyarakat yang perlu diberi pencerahan mengenai hewan reptil. Apalagi saat ini sudah terlanjur diyakini setiap reptil khususnya ular itu berbisa sehingga ditakuti, bahkan saat ditemukan tidak jarang hewan reptil tersebut dibunuh.

‘’Jangan dibunuh, jika ada temuan ular atau hewan reptil lainnya yang ditakuti, warga bisa hubungi BRC, kami siap dihubungi 24 jam untuk membantu menangkapnya tanpa bayaran, hubungi saja nomor saya 0813 7272 8282 atau nomor Hendra 0812 6567 626” saran Bayu.

Diakui Bayu, ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap hewan reptil agar tidak terjadi pembunuhan yang sering dilakukan oleh orang awam saat menemukan ular dan reptil lainnya. (hangat-news)

0 komentar:

Posting Komentar