Minggu lalu saya ditelepon seorang wanita muda, katanya dari Jakarta.
Dia perkenalkan diri dari sebuah lembaga survei terkenal di tanah air.
Dia meminta waktu 10 menit untuk meminta pendapat saya tentang satu
tahun pemerintahan Jokowi-JK.
"Kalau bisa jangan saya deh. Anda nanya orang lain ajalah," saya berkelit.
"Kenapa?"
"Kalau
saya yang jawab, kasihan sama Jokowi. Rapornya banyak yang merah.
Ibarat anak sekolah, Jokowi lulus dengan banyak catatan," kata saya.
Si
nona tertawa kecil dan suasana mulai akrab. Kayak sudah kenal lama aja.
Singkat cerita, dia tetap memaksa saya menjawab pertanyaan-pertanyaan
pesanan lembaganya. Responden hanya dikasih 2 opsi jawaban hitam putih:
suka atau tidak suka, yakin tidak yakin, mampu tidak mampu.. dst.
Soal
pangan, saya jawab bagus sekali. Sejak dilantik 20 Oktober 2014 Jokowi
punya program swasembada pangan. Beliau gandeng TNI AD di seluruh
Indonesia untuk membantu petani, ikut menanam padi, membenahi saluran
irigasi, dsb. Program ini sangat sukses di Sidoarjo sehingga menteri
pertanian langsung turun untuk panen raya.
Soal infratruktur juga
bagus banget. Jokowi jelas punya komitmen untuk pembangunan dan
perbaikan jalan raya, bikin tol darat, tol laut, buka bandara-bandara
perintis, pelabuhan, dsb. Nilainya pasti A. Sangat bagus.
Lalu,
si nona masuk ke soal hukum, demokrasi, hak asasi manusia. Rapor tuan
presiden merah semua! Secara subjektif, saya sangat kecewa dengan
kriminalisasi KPK, penangkapan Bambang Widjajanto dan Abraham Samad,
kedua pimpinan KPK, yang membuat KPK lumpuh.
Saat itu Presiden
Jokowi seakan membiarkan KPK dijadikan bulan-bulanan oleh Bareskrim
Mabes Polri. Sampai sekarang pun KPK hanya dipimpin oleh pelaksana
tugas. Sejak peristiwa ini, simpati saya pada Jokowi jatuh ke titik
nadir. Saya melihat Jokowi tidak punya ketegasan sebagai kepala negara.
Kasihan Bambang Widjajanto dan Abraham Samad yang dijegal, dicari-cari
kesalahannya, sementara yang punya rekening gendut, yang sumbernya
abu-abu, malah dibiarkan.
Saya juga kecewa dengan penunjukan
jaksa agung yang mengecewakan publik. Kader Nasdem, HM Prasetyo, tidak
meyakinkan sebagai pendekar hukum. Publik pun menganggap Prasetyo ini
titipan Surya Paloh, pemilik Partai Nasdem. Maka sangat sulit
mengharapkan kejaksaan agung bisa setangguh KPK (sebelum
dikriminalisasi).
Belakangan KPK juga mau dilumpuhkan dengan
revisi undang-undang yang disodorkan kader PDI Perjuangan. Ingat, Jokowi
itu (istilah Bu Megawati) berstatus petugas partai PDIP! Dia harus
mengikuti garis kebijakan partai kalau tidak ingin digoyang partainya
sendiri. Maka, saya pun tidak ragu-ragu memberi nilai merah untuk bidang
hukum, hak asasi manusia, demokrasi, dan sejenisnya.
Bagaimana dengan hak asasi manusia? "Sangat buruk. Sangat mengecewakan," jawab saya pada si gadis surveyor itu.
Selain
saya menolak eksekusi mati, hampir setiap minggu saya bertemu para
pengungsi asal Sampang, Madura, di kompleks Puspa Agro Sidoarjo. Sudah
tiga tahun sekitar 350 warga Sampang ini diusir dari kampung halamannya.
Rumah-rumah mereka dibakar. Sawah ladang mereka habis dibakar dan
dijarah. Hanya karena mereka dianggap berbeda paham dengan penduduk
mayoritas yang sama-sama Islam.
"Pemerintah sudah lama tutup mata
dengan kami. Pemerintah membiarkan kami tinggal di sini tanpa kepastian
kami akan dipulangkan," begitu keluhan teman-teman pengungsi yang
sederhana itu.
Sejak Presiden SBY, kemudian Presiden Jokowi,
tidak ada solusi yang demokratis dan menjunjung hak asasi manusia.
Satu-satunya solusi yang ditawarkan: para pengungsi itu diminta taubat,
kemudian menganut paham yang dianut warga mayoritas. Tidak ada tempat
untuk Syiah di Sampang atau Pulau Madura.
Survei ini melibatkan
ratusan, mungkin ribuan, responden di seluruh Indonesia. Saya tahu
banyak warga yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi. Tapi tidak
sedikit warga yang tidak puas, kecewa, gregetan, dengan Jokowi yang
memang seorang manusia biasa.
Tapi, kalau dipikir-pikir,
seandainya Prabowo yang jadi presiden pun rapornya mungkin tidak akan
jauh berbeda. Sebab, Indonesia ini negara yang sangat luas, penduduknya
250 juta, dan sudah telanjut ruwet tidak karuan.
[Hangat-News]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar