Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
Iklan
Kunjungi Sponsor Kami
Terimakasih
Semoga Artikel Bisa Bermanfaat
[x]

Opera Diponegoro: Penjajahan Belum Usai, Diponegoro Bangkit Lagi

Written By admin on Sabtu, 12 November 2011 | 07.48


MENYAMBUT hari pahlawan yang jatuh pada 10 November dan ulang tahun Pangeran Diponegoro, 11 November ini, sebuah pementasan teater musikal digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 11-13 November mendatang.

Pementasan bertajuk “Opera Diponegoro Java War 1825-0000” karya Sardono W. Kusumo ini mengangkat perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajahan. Mengejutkan, karena ternyata penjajahan di negeri ini belum juga berakhir.

Itulah yang menjadi alasan pencantuman angka 0000 dalam judul pementasan ini, yang menggambarkan betapa penjajahan di tanah air tidak kunjung usai.

Pementasan ini terinspirasi dari buku Babad Diponegoro dan penelitian selama 25 tahun yang dilakukan sejarawan asal Inggris, Peter Carey. Lewat kedua referensi ini, Sardono menemukan kekuatan Pangeran Diponegoro yang tidak banyak diketahui manusia Indonesia masa kini.

“Dalam Babad Diponegoro, terdapat lapisan-lapisan yang dibahas. Bagi saya, kitab itu hampir sama seperti Ramayana dan Mahabarata, bahkan lebih kontemporer,” ujar lelaki yang akrab disapa Don itu.

Diperankan oleh 60 penari, musisi, dan seniman pentas profesional, pagelaran ini tak ubahnya seperti sajian makan malam bagi mata, telinga, dan batin. Susunan koreografi yang rapi dan interpretasi yang luwes membuat para penari seolah bergerak di dalam air. Lembut, ringan, dan menenangkan.

Entah dimana Don –yang juga turun tangan sebagai koreografer- menyembunyikan otot-otot tubuh para penarinya. Keanggunan dalam setiap gerakannya seolah telah dihitung Don secara presisi.

Kehadiran Iwan Fals sebagai narator dalam bentuk nyanyian dan iringan gitarnya memberi warna tersendiri. Nyaris tak dapat dipercaya, lelaki yang dipenuhi uban itu sudah berusia setengah abad. Energi dalam setiap tarikan suaranya seperti molotov yang siap membakar panggung dan membuat pementasan ini semakin panas.

Kesan kontras disuguhkan Happy Salma yang tampil menggoda dengan gaun merahnya yang dipotong sebatas paha. Perempuan 31 tahun itu melemparkan liukan-liukan halus dan sesekali menukik tajam, menjejalkan godaan-godaan manis dalam setiap adegannya.

Bagi Anda yang ingin mendalami sejarah negeri yang ditaburi teatrikal dramatik, dapat menyaksikan pementasan sepanjang 120 menit ini. Tiket dijual seharga Rp 150.000 (Kelas 2), Rp 350.000 (Kelas 1), Rp 550.000 (VIP) dan Rp 750.000 (VVIP) di Etcetera, Duta Suara, Plaza Senayan, Mall Kelapa Gading, dan Ibu Dibyo.

[Hangat-News]

0 komentar:

Posting Komentar