BERAWAL dari rasa empati dan simpati melihat perjuangan wanita yang susah payah berjuang menghidupi keluarga, membuat Nia Dinata tergerak untuk mengeksplorasi wajah-wajah wanita-wanita tersebut melalui sebuah film dokumenter berjudul Working Girls.
Lewat film tersebut, Nia ingin memberikan edukasi sekaligus informasi bahwa wanita dengan semangat dan mental baja untuk membanting tulang menghidupi keluarganya belum punah dari Indonesia.
"Saya memang fokus buat film dokumenter yang menceritakan soal perempuan-perempuan pencari nafkah," kata Nia saat ditemui di Metropole XXI, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (1/7).
Bukan tanpa alasan Nia menggarap film dengan cerita dan konsep yang terbilang jauh dari pasar masyarakat.
"Karena memang banyak orang-orang yang haus akan film dokumenter mendidik dan mengedukasi seperti ini, contohnya ya pelajar-pelajar zaman sekarang, mereka itu kritis-kritis sekali pemikirannya," terangnya.
Cerita soal kehidupan keras para wanita yang berjuang mencari nafkah demi menghidupi keluarganya bahkan sempat dicibir beberapa orang sebelum Nia memulai penggarapan filmnya.
"Bikin film ini banyak sekali pengorbanannya, ini syuting hampir setahun. Banyak juga yang dikorbankan dari pemain, proses editing aja baru selesai sekitar 3 bulan," beber Nia.
Working Girls mengangkat sisi lain kehidupan para wanita pencari nafkah yang memiliki latar belakang profesi berbeda.
Seperti sosok wanita bernama Ayu Riana, yang harus banting tulang menghidupi keluarganya dengan honor pas-pasan sebagai penyanyi dangdut. Juga cerita tentang Kamek, seorang perempuan tua yang melestarikan Ketoprak sebagai pertunjukan tradisional yang saat ini mulai ditinggalkan banyak orang. Dan seorang waria yang terkena HIV/ AIDS dan mencoba bertahan hidup dengan bekerja di sebuah salon dan mudik ke ke sanak keluarganya di Aceh yang ketat dengan peraturan syariat islam.
Working Girls diputar di Jakarta, Yogyakarta, Malang, dan Bandung.
[hangat-news]
0 komentar:
Posting Komentar