Hangat-News - Tingginya harga cabe bukan saja berdampak turut naiknya harga sejumlah bahan kebutuhan pokok lainnya. Tarif kencan di beberapa lokalisasi ternyata juga terpengaruh. Sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) yang ditemui jurnalberita.com di lokalisasi semi legal Dasin, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, mengaku menaikkan tarif kencannya sebesar 20 hingga 30 persen sejak harga cabe di Pasar Baru Tuban menembus angka Rp 85 ribu per Kg.
“Lha gimana nggak dinaikkan mas, wong harga-harga bahan kebutuhan juga naik karena cabenya mahal kok,” dalih Prapti (36), salah seorang PSK di komplek tersebut.
Pengakuan Prapti, sebelum harga cabe menembus angka Rp 85 ribu per Kg, tarif di tempat itu rata-rata Rp 50 ribu sekali kencan. Saat ini tarif terendah Rp 65 ribu sekali kencan. Bahkan ada yang mematok tarif hingga Rp 150 ribu per sekali kencan.
“Yang masih muda-muda biasanya masang Rp 100 ribu ke atas. Kalau yang seperti saya ya cukup Rp 60-70 ribu aja,” jelasnya.
Ika (27), rekan seprofesi Prapti membenarkan. Menurutnya, tarif sebesar itu sebenarnya masih terlalu murah. Di Lamongan saja, kata Ika, tarif kencan saat ini termurah Rp 100 ribu. Padahal tanpa dipotong sewa kamar dan lain-lain pungutan. Sementara di tempat bekerjanya sekarang ini, Ika mengaku harus membayar sewa kamar sebesar Rp 20 ribu, ditambah uang keamanan Rp 10 ribu. Ia juga diwajibkan membayar uang makan dan perlengkapan make up sebesar Rp 15 ribu. Biaya-biaya tersebut harus dibayar, ada atau tidak ada tamu yang memakai jasa si PSK. “Kalau nggak bisa bayar ya dihitung utang. Kalau sudah begitu ya kita cuma kerja doang, hasilnya buat nutup utang pada Mami (panggilan untuk mucikari atau pemilik tempat praktik PSK, red),” keluh Ika.
Hal serupa berlaku juga di Lokalisasi Wonorejo, Dusun Pakah, Desa Gesing, Kecamatan Semanding. Sejumlah PSK yang ditemui di tempat itu mengatakan tarif kencan termurah saat ini Rp 150 ribu, sedang tertinggi mencapai Rp 300 ribu per sekali kencan. “Kalau dibawa keluar harus ijin Mami, tarifnya juga lain,” terang salah seorang PSK yang menolak menyebut namanya.
Akibat kenaikkan tarif tersebut, PSK di dua lokalisasi tersebut mengalami penurunan omzet. Prapti dan sejumlah rekannya di lokalisasi Dasin mengaku seminggu terakhir hanya melayani empat tamu. Padahal sebelum adanya kenaikan tarif itu, rata-rata per hari mereka melayani 5 sampai 8 tamu. Salah seorang PSK senior yang mengaku bernama Mimin di lokalisasi Wonorejo mengatakan hal yang sama.
“Sekarang jarang yang datang mas. Paling banter ya cuma dua sampai tiga orang sehari,” ujarnya.
Mimin melihat menurunnya jumlah tamu yang datang tersebut bukan semata-mata kenaikkan tarif layanan. Menurutnya, naiknya harga-harga kebutuhan pokok yang dipengaruhi tingginya harga cabe menjadi alasan bagi para pengguna jasa layanan seks komersial untuk menunda kebutuhan seks-nya.
“Layanan seks seperti ini kan cuma kebutuhan tambahan aja, jadi untuk menghemat, banyak yang mengurangi kunjungannya ke mari,” ujar Mimin.[hangat-news]
0 komentar:
Posting Komentar