BEBERAPA waktu lalu, Julia Perez (Jupe) berbagi antusiasmenya dalam mengikuti program kampanye anti HIV/AIDS. Cara Jupe mendukung kampanye itu cukup unik. Wanita yang tengah berseteru dengan Dewi Perssik itu menghiasi tubuhnya dengan 40 gambar hewan yang dilukis dengan teknik body painting.
Bagi Anda yang penasaran dengan body painting ala Jupe, tahan dulu. Kabarnya, foto-foto lukisan di tubuh Jupe baru akan beredar menjelang hari AIDS, 1 Desember mendatang.
Tapi tahukah Anda, bagaimana tren body painting dimulai?
Body painting merupakan bentuk lain dari tattoo, hanya saja sifatnya yang temporer membuat lukisan body painting dapat dihapus dengan mudah. Peralatan yang digunakan pun cukup dengan perlengkapan melukis biasa.
Seni body painting semula digunakan suku primitif di kawasan Afrika, Australia, New Zealand, dan kepulauan Pasifik.
Tradisi body painting umumnya digunakan dalam upacara adat dan masih berlangsung hingga saat ini. India dan Timur Tengah memiliki seni body painting tersendiri yang disebut Mehndi, yang dibuat dengan cat henna.
Mehndi acapkali diaplikasikan di bagian tangan dan kaki saat upacara pernikahan.
Selain Mehndi, cabang body painting lain yang juga tengah menjadi tren saat ini ialag face painting. berbeda dengan mehndi yang hanya terpusat di tangan dan kaki, face painting hanya diaplikasikan pada area wajah. Karena sifat cat lukis yang dapat berbahaya ada kulit wajah, membuat kosmetika khusus face painting semakin banyak dicari.
Keberadaan body painting sebagai bentuk seni sempat mengundang perdebatan. Dalam event World’s Fair yang diselenggarakan di Chicago tahun 1933 silam, seorang make up artist, Max Factor beserta modelnya dibekuk polisi akibat mendemostrasikan pembuatan body painting.
Lelaki bernama asli Maximilian Faktorowicz ini dianggap mengganggu ketenangan umum dengan menampilkan aksi nudis sang model. Padahal demo make up ini bertujuan untuk mempromosikan kosmetik terbaru yang khusus diformulasikan untuk film-film Hollywood.
Maraknya konten seni berbau nudis dan eksibisionis di era 60an, membuat perkembangan body painting semakin merangkak naik. Sejumlah selebriti bahkan turut mencicipi rasanya menjadi “kanvas hidup”, seperti Demi Moore dalam sampul majalah Vanity Fair, tahun 1992 silam.
(Hangat-News)
0 komentar:
Posting Komentar