Written By admin on Senin, 09 November 2015 | 09.34
Masjid kuno Sangak Pati (Sembilan Wali) di Pulau Lombok (Liputan6.com/hans Bahanan)
Liputan6.com, Mataram -
Di Desa Songak, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara
Barat (NTB), terdapat sebuah peninggalan bersejarah yang tidak diketahui
asal muasal dan sejarahnya yaitu Masjid Al-Falah.
Masjid yang
juga disebut Masjid Sangak Pati itu terletak tepat di pinggir jalan
utama, yang menghubungkan antara desa Songak dan desa lainnya. Masjid
tersebut dinamakan Sangak Pati karena konon dibangun oleh Sembilan Pati
(wali).
Bentuk masjid itu mirip seperti masjid tua lainnya yaitu
atapnya tinggi dan terbuat dari ilalang. Temboknya terbuat dari tanah
yang membatu.
Di dalam masjid terdapat mimbar kecil yang terletak
tepat di bagian depan masjid. Sementara pada bagian tengah terdapat 4
pilar yang menancap horizontal dari lantai masjid ke bagian atap. Ke-4
tiang tersebut disatukan dengan silangan kayu yang penuh ukiran.
Mimbar masjid kuno Sangak Pati (Sembilan Wali) di Pulau Lombok. (Liputan6.com/Hans Bahanan)
Ada yang menyebut, Masjid Sangak Pati dibangun oleh 9 Wali atau
Sangak Pati. Ada juga yang mengatakan masjid ini dibawa oleh angin.
Bahkan ada anggapan Masjid Sangak Pati dibangun secara gaib.
"Sampai
sekarang kami belum tahu bagaimana sejarah yang sebenarnya, ada yang
bilang masjid ini ditemukan oleh Raja Selaparang pada tahun 1300. Bahkan
ada yang lebih tidak masuk akal, yaitu masjid ini dibilang tumbuh
sendiri," ujar Imam Masjid, Murdiyah, saat ditemui Liputan6.com di Lombok.
Kendati
tidak jelas sejarah dan asal muasalnya, namun masyarakat setempat lebih
mempercayai bahwa masjid tersebut dibuat oleh Sangak Pati. Keyakinan
ini mengacu pada kisah yang menyebut masjid diapit oleh 9 rumah, ukuran
masjid tepat 9x9 meter dan konon masjid ini dibangun pada 1309.
"Banyaknya
angka 9 di sejarah dan bangunan masjid itu bisa dipercaya bahwa Sangak
Pati lah yang membangunnya. Namun semuanya tetap masih belum jelas
karena belum ada sejarah yang pasti tentang ini," imbuh Murdiyah.
Atap Masjid kuno Sangak Pati (Sembilan Wali) di Pulau Lombok (Liputan6.com/hans Bahanan)Gula Merah dan 5 Batang Rokok
Bagi masyarakat
setempat, sambung Murdiyah, keberadaan Masjid Sangak Pati sangat
sakral. Contohnya saja, setiap Kamis dan Senin masyarakat
berbondong-bondong mendatangi masjid ini dengan membawa sesajen.
Sesajen
yang dibawa antara lain gula merah yang dicampur kelapa, 5 biji rokok
yang dilinting dengan menggunakan kulit jagung, gabah atau padi yang
digoreng, beras kuning (beras yang ducampur kunyit), dan air lingsar.
"Seluruh
sesajen tersebut memiliki arti tersendiri. Seperti halnya 5 batang
rokok, posisi rokok yang tegak, persis seperti orang yang berdiri dalam
salat. Sedangkan jumlah 5 adalah waktu salat," terang Murdiyah.
Selain
ritual sesajen tersebut, setiap tanggal 21 Ramadan dan malam-malam
ganjil setelahnya, masyarakat setempat mengadakan ritual Maleman. Yakni
mendatangi masjid pada malam hari sambil membawa lampu yang terbuat dari
buah jarak seperti lampu pada zaman dahulu.
Bagi masyarakat
setempat, ritual Maleman ini memiliki arti tersendiri yaitu sebagai
pengingat akan sejarah kedatangan Islam pertama kali ke Indonesia yaitu
melalui para pedagang Gujarat.
"Lampu dari buah jarak itu sebagai
simbol penerangan sekaligus mengingatkan kita ke masa di saat Islam
pertama kali datang ke Indonesia yaitu dibawa oleh para pedagang asal
Gujarat. Gujarat dan jarak itu hampir sama pengucapannya," tandas
Murdiyah. (Sun/Nrm)
0 komentar:
Posting Komentar