Kesan pertama yang didapat saat bertemu langsung dengan cewek berambut panjang ini adalah badan bongsor dan wajahnnya tampak dewasa banget! Padahal usia Michella Putri, cewek itu masih 16 tahun. Dia juga masih duduk di bangku kelas 2 SMA.
Persinggungan Michel (Misel-red)--sapaan akrab cewek bermata sendu ini--dengan dunia hiburan bermula dari bangku sekolah. Sejak remaja Michelle sudah berlenggak-lenggok di atas catwalk. Dia dandan sendiri. Menata rambut sendiri.
“Enggak lihat fashion show juga sih. Cuma, kalau lihat (model) di majalah, aku ingin jadi salah satu seperti mereka. Sama mama akhirnya aku diikutkan lomba modeling. Di modeling ternyata juga dapat latihan akting. Aku jadi suka. Seru,” cerita blasteran Kanada-Indonesia ini kepada kami di kantor Bintang.
Dunia modeling menjadikan pribadi Michel mandiri dan dewasa.
Bakat besar Michel mulai terendus sang pencari bakat.
“Ya sudah aku ikut kasting. Film pertamaku Putih Abu-abu dan Sepatu Kets,” kata Michel. “Aku enggak tahu proses syuting. Syok banget. Sampai pulang pagi. Cuma lama-kelamaan aku terbiasa. Jadi suka di lokasi syuting,” lanjutnya. Butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dunia akting bagaimanapun dunia baru bagi Michel.
“Aku perhatikan pemain lain. Akting mereka bagaimana. Ngajak ngobrolnya bagaimana. Ya akhirnya aku berupaya ikuti mereka. Asal jangan berlebihan dan juga jaga sikap saja,” Michel memberikan tips.
Pelan-pelan Michel mulai membaur. Mendapatkan teman.
“Aku suka kenalan dengan orang baru. Enggak minder juga sih. Buat apa?” tukasnya.
Di depan kamera Michel mulai membiasakan diri. Dia selalu bertanya kepada sutradara.
“Aku sama sutradara tanya terus. Di sebuah rumah produksi, aku dikasih latihan akting lagi selamaa 2,5 bulan. Seminggu dua kali,” terang dara berkulit putih ini.
“Ada tahapannya di latihan akting itu. Dari basic akting, mengolah pernapasan, sampai mengontrol emosi. Kan di akting ada perubahan emosi dari senang, sedih, marah, terus menangis,” tambahnya.
Mempelajari perubahan emosi dirasakan Michel paling berat.
“Tapi karena aku main sinetron. Jadi sinetron kayak aku jadikan trainning field aku. Aku juga selalu terima masukan mereka.”
Tantangan Michel dalam berakting ketika dia harus melakukan adegan menangis. Susahnya minta ampun, kata Michel.
“Aku sih kalau menangis enggak mikirin apa-apa. Cuma lebih mendalami karakternya,” beri tahu Michel.
Di Nada Cinta, Michel kebagian peran jutek. Peran yang bisa bikin penonton kesal, dongkol, geregetan, dan marah. Kalau Anda perhatikan matanya seperti ingin mencaplok orang. Memang kadang ada baiknya juga.
“Awalnya aku masih mikir-mikir karakter Rasti mau diapakan. Masih samar-samarlah. Tapi, makin didalami karakternya, makin tahu bagaimana memerankannya,” aku Michel.
Tidak mungkin Michel bisa berhasil memainkan karakter Rasti tanpa arahan atau bantuan pemain lain.
Belajar artikulasi dari Olla Ramlan
“Aku ngebentuk Rasti belajar dari pemain lain. Sadis-sadis begitu deh. Tahap dari cemburu ke marah bagaimana. Jadi aku lihat akting-akting pemain lain. Misalnya, sama Mama Olla (Ramlan) aku belajar artikulasi. Itu selalu. Kalau marah-marah, alis diangkat, masang muka jutek. Aku belajar sendiri,” ungkap Michel.
Buat penonton setia Nada Cinta, jangan sampai terbuai dengan apa yang dilakukan Rasti. Kebaikan yang dia lakukan menurut Michel penuh kepura-puraan. Pasti ada udang di balik batu. Ada maksud terselubung.
“Enggak baik sepenuhnya,” sergahnya. Nada Cinta merupakan sinetron musikal pertama yang diproduksi MD Entertainment. Banyak bintang bertaburan di sana. Sebut saja Luna Maya, Derry Drajat, Primus Yustisio, Dicky Wahyudi, dan Dewi Sandra.
“Senang banget main di situ. Pemain-pemain lainnya juga seru. Karakter-karakternya beda. Mereka orangnya open. Enggak ada yang sombong. Welcome banget. Asyik-asyik. Jadi aku ngobrol sama siapa saja. Mereka sering sharing pengalaman-pengalaman mereka. Beruntung banget aku mendapatkan itu,” Michel mengaku menikmati peran yang ia mainkan.
“Awalnya sih lumayan jenuh (syuting). Tapi lama-kelamaan sudah biasa. Kalau nunggu giliran take, aku ngobrol sama teman-teman atau jalan-jalan. Cari makan. Atau bisa juga nonton tayangan buat menganalisis akting aku. Mungkin ada yang kurang atau lebay,” tambahnya.
Siapa pemain yang paling kamu kagumi? Tanpa pikir panjang, Michel yang aslinya tidak jutek ini menjawab, “Om Derry Drajat. Paling seru. Kalau satu scene sama dia bisa ketawa terus. Hahaha.”
Mendapatkan popularitas bukan tujuan utama Michel terjun ke dunia akting.
“Aku suka jadi orang lain. Misalnya di Nada Cinta aku girly banget. Mungkin nanti bisa dapat karakter tomboi. Di sini juga aku nyari karier. Padahal pertamanya coba-coba saja. Hehehe,” katanya.
Bicara pendidikan, menurut Michel, jadwal syutingnya lumayan mengganggu sekolahnya. Ia duduk di bangku kelas 2 SMA. Tugasnya semakin menumpuk. Belum lagi, harus mempersiapkan diri menghadapi ujian.
“Setiap semester aku 13 hari bolos. Enggak terlalu banyak ah. Tadinya dikomplain sekolah. Tapi setelah itu sekolahku kasih toleransi. Asal tugas enggak boleh ketinggan dan nilai juga harus bagus. Alhamdulillah sudah terpenuhi. Tapi sekarang tugas sekolah banyak banget. Waktu untuk mengerjakan enggak ada. Kalau di lokasi pasti ribet. Makanya, aku mau home schooling saja nanti. Kayaknya mau di Kak Seto,” Michel mengungkapkan.
Bagaimana pun sekolah buat Michel sangat penting. Tidak bisa diprediksi juga karier Michel di dunia hiburan bertahan sampai berapa lama.
Di saat mungkin tidak ada pegangan lagi, Michel bisa mengandalkan ilmu dan pengetahuan yang didapat dari sekolah untuk bekalnya nanti. Mungkin berwirausaha, atau kerja kantoran.
“Sekolah bisa jadi modal aku setelah nanti enggak di entertainment,” yakin Michel.
0 komentar:
Posting Komentar